Pesanan Sabun Rp2 Miliar Jokowi Rampung, Baru Lunas 75 Persen |
Sebanyak 100 ribu botol sabun cuci peralatan makan yang dipesan Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu di Garut, Jawa Barat, selesai dikerjakan. Pengusaha yang kebagian order, Eli Liawati cukup puas karena proses pengerjaan sesuai dengan target yang ditentukan."Alhamdulillah selesai, semuanya 100 ribu botol sesuai dengan pesanan Pak Presiden," kata Eli Liawati di Garut, Kamis (28/2) dikutip Antara.
Eli merupakan bagian dari kelompok usaha Program Keluarga Harapan (PKH) di Banjarwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Eli bertemu Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) saat capres petahana itu berkunjung ke Garut pada 19 Januari 2019.Sejak mendapatkan pesanan senilai Rp2 miliar dari Presiden, kata Eli, semua kelompok usaha langsung bekerja bersama-sama agar permintaan tersebut terpenuhi sesuai pesanan dan waktu yang diminta."Akhirnya sabun bisa selesai dan hari Rabu pesanan telah dikirimkan ke Jakarta," katanya.
Ia mengatakan, dana untuk pembuatan sabun cuci itu sudah diterimanya sebesar 75 persen atau sebesar Rp1,5 miliar. Dana tersebut sudah digunakan untuk membeli bahan baku, membayar pekerja, termasuk ongkos mengirim sabun.
Eli mengaku sejak mendapat pesanan dari Jokowi, dirinya mengundurkan diri sebagai penerima PKH. Eli mengaku akan terus melanjutkan usaha sabun untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.Eli menambahkan, hasil penjualan sabun itu akan digunakan untuk pemberdayaan anggota PKH, dan memperbaiki madrasah di depan rumahnya yang terbakar pada tahun lalu. "Nanti juga kalau masih ada uangnya mau buat umroh orang tua dan mertua saya, dan sama modal usaha," katanya.
Eli sempat bercerita, awalnya iai tidak percaya mendapatkan pesanan dari Presiden Jokowi, bahkan sempat khawatir pesanan yang banyak itu tidak dapat terpenuhi. Namun hasil kerja keras Eli dibantu dengan 40 anggota PKH dan beberapa orang tetangga yang tidak menerima PKH, akhirnya bisa diselesaikan dengan baik."Kepikiran terus, takut tidak memenuhi target, tapi alhamdulillah bisa," katanya.Seperti diketahui, mulanya Eli bersama anggota PKH lainnya dari beberapa daerah di Kabupaten Garut diundang untuk memamerkan produk usahanya pada acara PKH yang diselenggarakan Kementerian Sosial di Gedung Serba Guna Mandala, Kecamatan Garut Kota.
Presiden Jokowi yang menghadiri acara itu sempat berkeliling melihat hasil karya usaha penerima PKH, termasuk melihat produk sabun cuci produk rumahan yang diproduksi Eli. Saat itu juga Presiden Jokowi memesan sabun kemasan botol seharga Rp20.000 itu untuk dibuatkan sebanyak 100 ribu botol atau senilai Rp2 miliar.Aksi Jokowi borong sabun sempat memancing polemik. Sumber anggaran pembelian sabun itu dipertanyakan. Meski belakangan diketahui, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menyebut sumber dana pembelian sabun itu berasal dari dana kampanye Jokowi-Ma'ruf.
Meski begitu, penjelasan TKN tak lantas menyurutkan polemik. Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaean menyebut Presiden Joko Widodo melakukan pelanggaran pemilu terkait pembelian sabun dengan nilai Rp2 miliar di Garut, Jawa Barat. Alasannya, kata Ferdinand, Jokowi memborong sabun milik usaha warga Garut itu dalam kesempatan berbarengan dengan agenda dirinya sebagai presiden. Artinya, kata Ferdinand, Jokowi dan TKN telah melakukan tindak pidana gratifikasi atas penggunaan dana sebanyak Rp2 miliar."Tidak boleh ada uang TKN dalam kunjungan kerja presiden, sama saja itu gratifikasi. Kecuali kunjungan itu untuk kampanye, tidak masalah. Ini kan kunjungan presiden, bila menerima pemberian seperti itu masuk kategori gratifikasi dan harus dilaporkan ke KPK,
Eli merupakan bagian dari kelompok usaha Program Keluarga Harapan (PKH) di Banjarwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Eli bertemu Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) saat capres petahana itu berkunjung ke Garut pada 19 Januari 2019.Sejak mendapatkan pesanan senilai Rp2 miliar dari Presiden, kata Eli, semua kelompok usaha langsung bekerja bersama-sama agar permintaan tersebut terpenuhi sesuai pesanan dan waktu yang diminta."Akhirnya sabun bisa selesai dan hari Rabu pesanan telah dikirimkan ke Jakarta," katanya.
Ia mengatakan, dana untuk pembuatan sabun cuci itu sudah diterimanya sebesar 75 persen atau sebesar Rp1,5 miliar. Dana tersebut sudah digunakan untuk membeli bahan baku, membayar pekerja, termasuk ongkos mengirim sabun.
Eli mengaku sejak mendapat pesanan dari Jokowi, dirinya mengundurkan diri sebagai penerima PKH. Eli mengaku akan terus melanjutkan usaha sabun untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.Eli menambahkan, hasil penjualan sabun itu akan digunakan untuk pemberdayaan anggota PKH, dan memperbaiki madrasah di depan rumahnya yang terbakar pada tahun lalu. "Nanti juga kalau masih ada uangnya mau buat umroh orang tua dan mertua saya, dan sama modal usaha," katanya.
Eli sempat bercerita, awalnya iai tidak percaya mendapatkan pesanan dari Presiden Jokowi, bahkan sempat khawatir pesanan yang banyak itu tidak dapat terpenuhi. Namun hasil kerja keras Eli dibantu dengan 40 anggota PKH dan beberapa orang tetangga yang tidak menerima PKH, akhirnya bisa diselesaikan dengan baik."Kepikiran terus, takut tidak memenuhi target, tapi alhamdulillah bisa," katanya.Seperti diketahui, mulanya Eli bersama anggota PKH lainnya dari beberapa daerah di Kabupaten Garut diundang untuk memamerkan produk usahanya pada acara PKH yang diselenggarakan Kementerian Sosial di Gedung Serba Guna Mandala, Kecamatan Garut Kota.
Presiden Jokowi yang menghadiri acara itu sempat berkeliling melihat hasil karya usaha penerima PKH, termasuk melihat produk sabun cuci produk rumahan yang diproduksi Eli. Saat itu juga Presiden Jokowi memesan sabun kemasan botol seharga Rp20.000 itu untuk dibuatkan sebanyak 100 ribu botol atau senilai Rp2 miliar.Aksi Jokowi borong sabun sempat memancing polemik. Sumber anggaran pembelian sabun itu dipertanyakan. Meski belakangan diketahui, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menyebut sumber dana pembelian sabun itu berasal dari dana kampanye Jokowi-Ma'ruf.
Meski begitu, penjelasan TKN tak lantas menyurutkan polemik. Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaean menyebut Presiden Joko Widodo melakukan pelanggaran pemilu terkait pembelian sabun dengan nilai Rp2 miliar di Garut, Jawa Barat. Alasannya, kata Ferdinand, Jokowi memborong sabun milik usaha warga Garut itu dalam kesempatan berbarengan dengan agenda dirinya sebagai presiden. Artinya, kata Ferdinand, Jokowi dan TKN telah melakukan tindak pidana gratifikasi atas penggunaan dana sebanyak Rp2 miliar."Tidak boleh ada uang TKN dalam kunjungan kerja presiden, sama saja itu gratifikasi. Kecuali kunjungan itu untuk kampanye, tidak masalah. Ini kan kunjungan presiden, bila menerima pemberian seperti itu masuk kategori gratifikasi dan harus dilaporkan ke KPK,
Demikianlah Artikel Pesanan Sabun Rp2 Miliar Jokowi Rampung, Baru Lunas 75 Persen
Sekian Pesanan Sabun Rp2 Miliar Jokowi Rampung, Baru Lunas 75 Persen, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan kali ini.
Anda sedang membaca artikel Pesanan Sabun Rp2 Miliar Jokowi Rampung, Baru Lunas 75 Persen dan artikel ini url permalinknya adalah https://onlineberita24.blogspot.com/2019/02/pesanan-sabun-rp2-miliar-jokowi-rampung.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.