Ini Alasan Tukang Pijat Nekat Nyaleg Meski Pernah Gagal 2 Kali |
Selain karena hobi, tukang pijat asal Mojokerto Hasymi Munahar (51) juga memiliki alasan lain kenapa begitu bersemangat menjadi seorang Caleg. Menurutnya dengan menjadi anggota dewan, ia akan memiliki harta dan kuasa untuk membantu sesama."Saya suka menolong orang susah. Namun, sekarang kan tak punya uang untuk membantu. Kalau jadi anggota dewan punya kekuasaan dan mampu secara finansial untuk menolong orang lain," kata Hasymi saat berbincang dengan detikcom di rumah pasiennya, Desa/Kecamatan Sooko, Mojokerto, Rabu (6/3/2019).
Jangankan untuk membantu sesama, untuk mempromosikan dirinya sebagai Caleg saja Hasymi mengaku kesulitan karena penghasilan rata-rata setiap bukannya hanya Rp 3 juta. Tidak seperti Caleg lainnya yang memasang baliho dan spanduk sebagai alat peraga kampanye, duda dua anak itu hanya mampu membuat stiker berukuran 11x11 cm.
Meski begitu, pria yang sehari-hari berkeliling mencari pasien untuk dipijat itu tetap optimis mengikuti Pileg 2019. Ia maju sebagai Caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan akan bertarung di Dapil Kecamatan Kranggan, Mojokerto.
Terlepas dari niat mulianya ingin membantu sesama, menurutnya gairah politik yang tengah membara dalam jiwanya turun dari sang ayah, almarhum Abdul Kohar Diharjo. Di era 70an, Abdul merupakan anggota legislatif dari PPP."Jadi, motivasi saya karena saya hobi bersosial politik, nurun dari Bapak saya," imbuhnya.
Hasymi memilih bernaung di PAN bukan tanpa alasan. Menurutnya, tak ada mahar apapun yang harus ia bayar saat melamar ke partai berlambang matahari terbit itu."Saya melamar ke PAN karena partai ini punya semangat berdakwah, juga partai Islam. Alhamdulillah saya langsung diterima tanpa syarat apapun," tandasnya.
Bermodal stiker, Hasymi mencoba mempromosikan dirinya sendiri dengan bercerita kepada setiap pasien yang ia pijat. Pada 17 April mendatang, ia akan bertarung melawan 83 Caleg lainnya di Dapil Kecamatan Kranggan.
Jangankan untuk membantu sesama, untuk mempromosikan dirinya sebagai Caleg saja Hasymi mengaku kesulitan karena penghasilan rata-rata setiap bukannya hanya Rp 3 juta. Tidak seperti Caleg lainnya yang memasang baliho dan spanduk sebagai alat peraga kampanye, duda dua anak itu hanya mampu membuat stiker berukuran 11x11 cm.
Meski begitu, pria yang sehari-hari berkeliling mencari pasien untuk dipijat itu tetap optimis mengikuti Pileg 2019. Ia maju sebagai Caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan akan bertarung di Dapil Kecamatan Kranggan, Mojokerto.
Terlepas dari niat mulianya ingin membantu sesama, menurutnya gairah politik yang tengah membara dalam jiwanya turun dari sang ayah, almarhum Abdul Kohar Diharjo. Di era 70an, Abdul merupakan anggota legislatif dari PPP."Jadi, motivasi saya karena saya hobi bersosial politik, nurun dari Bapak saya," imbuhnya.
Hasymi memilih bernaung di PAN bukan tanpa alasan. Menurutnya, tak ada mahar apapun yang harus ia bayar saat melamar ke partai berlambang matahari terbit itu."Saya melamar ke PAN karena partai ini punya semangat berdakwah, juga partai Islam. Alhamdulillah saya langsung diterima tanpa syarat apapun," tandasnya.
Bermodal stiker, Hasymi mencoba mempromosikan dirinya sendiri dengan bercerita kepada setiap pasien yang ia pijat. Pada 17 April mendatang, ia akan bertarung melawan 83 Caleg lainnya di Dapil Kecamatan Kranggan.
Demikianlah Artikel Ini Alasan Tukang Pijat Nekat Nyaleg Meski Pernah Gagal 2 Kali
Sekian Ini Alasan Tukang Pijat Nekat Nyaleg Meski Pernah Gagal 2 Kali, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan kali ini.
Anda sedang membaca artikel Ini Alasan Tukang Pijat Nekat Nyaleg Meski Pernah Gagal 2 Kali dan artikel ini url permalinknya adalah https://onlineberita24.blogspot.com/2019/03/ini-alasan-tukang-pijat-nekat-nyaleg.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.